<meta name='google-adsense-platform-account' content='ca-host-pub-1556223355139109'/> <meta name='google-adsense-platform-domain' content='blogspot.com'/> <!-- --><style type="text/css">@import url(https://www.blogger.com/static/v1/v-css/navbar/3334278262-classic.css); div.b-mobile {display:none;} </style> </head><body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d5591682808013880391\x26blogName\x3d::butterfly.flies.in.the.sky::\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://kupukupulangit.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_GB\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://kupukupulangit.blogspot.com/\x26vt\x3d1374428785504328993', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>



archives

♥December 2008
♥July 2009
♥August 2009
♥September 2009
♥October 2009



♥20090706

Pasir dan Batu

Mari kita baca sejenak dongeng di bawah ini yah..

Ada dua orang pengembara yang berjalan di tengah gurun pasir. Mulanya, mereka berjalan dengan tenang dan santai. Namun, cahaya matahari yang terlalu terik membuat mereka harus membungkuk supaya tidak merasakan panas. Selain cahaya matahari yang terik, angin berhembus kencang membuat pasir-pasir berterbangan dan mengganggu pandangan mereka.

Dengan sangat sulit mereka tetap melanjutkan perjalanan mereka. Tiba-tiba….ada badai datang! Angin semakin kencang dan pasir-pasir semua berterbangan, membungkus dan menenggelamkan kedua pengembara itu dalam lautan pasir. Botol minum mereka terbuka dan airnya habis. Kedua pengembara yang tenggelam dalam pasir ini merasakan ketakutan, mereka berpegangan tangan erat sekali. Mereka sedih dan kesal, kenapa harus ada badai. Salah satu pengembara itu menulis di atas pasir : “Aku sedih, kenapa perjalanan ini harus ada badai dan kami kehabisan air.”

Setelah badai mereda, kedua pengembara itu melanjutkan perjalanannya. Dengan susah payah mereka mengumpulkan tenaga untuk berjalan menempuh gurun sementara mereka merasakan dahaga yang luar biasa.

Ditengah-tengah perjalanan, tiba-tiba mereka menemukan sebuah oase. Seperti suatu keajaiban karena oase itu sungguh ada dan bukan fatamorgana. Oase itu memang tidak terlalu besar, tapi airnya cukup banyak untuk mereka berdua. Kedua pengembara itu meminum air dari oase tersebut. Lalu, salah satu pengembara memahat di atas batu : “Terima kasih, karena kami sudah boleh minum air ini, sehingga kami merasa bahagia dan dapat melanjutkan perjalanan kami lagi.”

Teman si pengembara itu bertanya, “Hey, mengapa kau memahat di atas batu? Sedangkan tadi kau menulis di atas pasir?” dan dia pun menjawab, “Baiknya kau menulis kesedihan diatas pasir, karena apa yang kita tulis diatas pasir akan hilang terbawa angin. Biarlah kesedihan kita terbawa angin keikhlasan dan pergi bersama pasir ketulusan. Apa yang kupahat dibatu ini adalah kebahagiaan. Yang ditulis diatas batu akan abadi. Jadi, kenanglah setiap kebahagiaan yang kau dapat, dan lupakanlah semua kesedihanmu karena kesedihan tidak baik untuk terus diingat,” ujar pengembara itu.

Nah, teman! Mana yang selama ini sering kau lakukan? Menangisi kesedihanmu yang sudah berlalu terus menerus sehingga kau lupa akan kebahagiaan yang pernah kau nikmati?

*Diambil dari dongeng Night of Love, 100.1 FM Lesmana Radio, 1 Juli 2009.


written at♥17:08